Liputan6.com, Massachusetts - Galaxias, Via
Lactea, Milky Way -- Galaksi Bima Sakti -- di mana Bumi kita berada, masih
menjadi belantara yang belum terkuak oleh kecanggihan pengetahuan manusia saat
ini. Belum semua misteri tersingkap.
Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA) baru-baru ini menemukan planet gas yang jauhnya 13.000 tahun cahaya dari Bumi. Temuan tersebut didapatkan menggunakan teleskop Antariksa Spitzer yang digunakan bersama dengan teleskop berbasis darat, Optical Gravitational Lensing Experiment (OGLE) milik Polandia yang berada di Chile.
1 tahun cahaya saja sama dengan 9.460 miliar kilometer. Dengan jarak 13.000 tahun cahaya, temuan itu menjadi salah satu planet terjauh yang diketahui.
Temuan tersebut menunjukkan bahwa Spitzer, dari lokasinya di angkasa luar, bisa digunakan untuk membantu menguak teka-teki tentang bagaimana planet-planet disebar ke seluruh Galaksi Bima Sakti yang bentuknya spiral datar. Apakah planet-planet terkonsentrasi di pusatnya? Atau merata hingga pinggirannya?
Spitzer berada pada jarak 207 juta kilometer jauhnya dari planet manusia.
"Kita tidak tahu apakah planet-planet tersebut lebih banyak yang berada di tonjolan galaksi atau di piringannya. Itu mengapa observasi semacam itu menjadi sangat penting," kata Jennifer Yee, dari Harvard-Smithsonian Center for Astrophysics, Cambridge, Massachusetts, seperti dikutip dari situs Spitzer Space Telescope, Rabu (16/4/2015).
Warsaw Telescope OGLE yang berada di Observatorium Las Campanas, Chile, memindai langit dengan metode yang disebut microlensing -- peristiwa yang terjadi saat sebuah bintang melintas di depan lainnya.
Jika bintang pada latar depan kebetulan memiliki planet di orbit sekitarnya, maka planet tersebut bisa jadi memicu titik dalam layar radar pemantau (blip).
Para astronom menggunakan blip untuk menemukan dan melakukan karakteristik planet yang berjarak puluhan ribu tahun cahaya di tonjolan galaksi -- di mana bintang melintas lebih sering.
Sementara, Matahari yang menyinari Bumi berada di pinggiran galaksi. Taknik microlensing sejauh ini menghasilkan 30 temuan planet. Yang terjauh berjarak 25.000 tahun cahaya.
"Eksperimen seperti itu telah mendeteksi planet-planet sekitar Matahari hingga yang berada hampir di tengah Bima Sakti," kata penulis studi yang lain, Andrew Gould dari The Ohio State University, Columbus. Microlensing melengkapi lebih dari 1.000 planet dekat Bumi yang telah ditemukan oleh misi Kepler, NASA. (Ein/Tnt)
Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA) baru-baru ini menemukan planet gas yang jauhnya 13.000 tahun cahaya dari Bumi. Temuan tersebut didapatkan menggunakan teleskop Antariksa Spitzer yang digunakan bersama dengan teleskop berbasis darat, Optical Gravitational Lensing Experiment (OGLE) milik Polandia yang berada di Chile.
1 tahun cahaya saja sama dengan 9.460 miliar kilometer. Dengan jarak 13.000 tahun cahaya, temuan itu menjadi salah satu planet terjauh yang diketahui.
Temuan tersebut menunjukkan bahwa Spitzer, dari lokasinya di angkasa luar, bisa digunakan untuk membantu menguak teka-teki tentang bagaimana planet-planet disebar ke seluruh Galaksi Bima Sakti yang bentuknya spiral datar. Apakah planet-planet terkonsentrasi di pusatnya? Atau merata hingga pinggirannya?
Spitzer berada pada jarak 207 juta kilometer jauhnya dari planet manusia.
"Kita tidak tahu apakah planet-planet tersebut lebih banyak yang berada di tonjolan galaksi atau di piringannya. Itu mengapa observasi semacam itu menjadi sangat penting," kata Jennifer Yee, dari Harvard-Smithsonian Center for Astrophysics, Cambridge, Massachusetts, seperti dikutip dari situs Spitzer Space Telescope, Rabu (16/4/2015).
Warsaw Telescope OGLE yang berada di Observatorium Las Campanas, Chile, memindai langit dengan metode yang disebut microlensing -- peristiwa yang terjadi saat sebuah bintang melintas di depan lainnya.
Jika bintang pada latar depan kebetulan memiliki planet di orbit sekitarnya, maka planet tersebut bisa jadi memicu titik dalam layar radar pemantau (blip).
Para astronom menggunakan blip untuk menemukan dan melakukan karakteristik planet yang berjarak puluhan ribu tahun cahaya di tonjolan galaksi -- di mana bintang melintas lebih sering.
Sementara, Matahari yang menyinari Bumi berada di pinggiran galaksi. Taknik microlensing sejauh ini menghasilkan 30 temuan planet. Yang terjauh berjarak 25.000 tahun cahaya.
"Eksperimen seperti itu telah mendeteksi planet-planet sekitar Matahari hingga yang berada hampir di tengah Bima Sakti," kata penulis studi yang lain, Andrew Gould dari The Ohio State University, Columbus. Microlensing melengkapi lebih dari 1.000 planet dekat Bumi yang telah ditemukan oleh misi Kepler, NASA. (Ein/Tnt)
Sumber:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar