Ahli jamur asal Belanda menemukan dua spesies jamur yang
mampu menghasilkan cahaya dalam ekspedisinya ke Borneo. Salah satu spesies
jamur itu diduga spesies baru.
"Jamur ini menghasilkan cahaya langka tetapi eksis di
belahan dunia tertentu. Fenomena ini disebut bioluminesens dan hanya bisa
dilihat di daerah yang gelap di dalam hutan," ungkap Luis Morgardo dari
Leiden University, salah satu ilmuwan yang terlibat penemuan, dalam tulisannya
di Naturalist Biodiversity Center, Selasa (25/9/2012).
Untuk menemukan spesies tersebut, Morgardo bekerja bersama
ilmuwan lain, termasuk Jozsef Geml, asisten profesor di Leiden University, dan
peneliti di Herbarium Nasional Belanda, yang menjadi pengawasnya. Mereka
menjelajahi ekosistem di Gunung Kinabalu, wilayah Borneo di Malaysia. Ekspedisi
untuk menemukan jamur ini harus dilakukan pada malam hari.
"Di siang hari, satu spesies mungkin dijumpai dan
difoto tanpa tahu bahwa spesies itu termasuk bioluminesens. Hanya ekspedisi
pada malam hari yang bisa mengungkap fenomena yang tersembunyi di siang hari
ini," papar Morgardo.
Morgardo menambahkan bahwa untuk menemukan spesies eksotik,
ekspedisi malam hari memang harus dilakukan. Jika hanya menuruti kebiasaan,
pergi pagi dan pulang sebelum matahari tenggelam, Morgardo mengatakan,
"Anda berisiko untuk melewatkan penemuan berharga."
Menurut Morgardo, bioluminesens pada jamur merupakan hasil
dari proses oksidasi dan belum didokumentasikan dengan baik. Bioluminesens
merupakan strategi jamur untuk menarik serangga sehingga dapat menyebarkan
sporanya. Di hutan hujan tropis yang minim angin untuk menyebarkan spora,
serangga sangat berharga.
Selain menemukan jamur bercahaya ini, tim peneliti asal
Belanda yang juga disertai peneliti Malaysia pun mengoleksi 3.500 sampel DNA
dari 1.400 spesies tumbuhan, hewan, dan jamur. Dari analisis sampel, terungkap
setidaknya 160 spesies yang belum dikenal.
Diberitakan Livescience, Kamis (4/10/2012),
peneliti lain yang ikut serta dalam ekspedisi, Hans Feijen, menemukan lalat
yang matanya memiliki semacam tangkai untuk menarik betina. Lalat itu
dinyatakan bisa hidup hingga 1,5 tahun, usia yang sangat panjang bagi golongan
serangga.
Rachel Schwallier, peneliti lain, juga menemukan kantong
semar jenis Nepenthes lowii di tempat yang belum
didokumentasikan sebagai habitat spesies itu. Seluruh penemuan baru akan
dipublikasikan tahun depan.
Semoga Bermanfaat.
Sumber:
http://sains.kompas.com/read/2012/10/05/09260635/Jamur.Bercahaya.Ditemukan.di.Borneo
kompas.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar