Sabtu, 21 November 2015

The History of Statue in South Korea

Admiral Yi Sun Sin Statue

    Yi Sun Sin adalah seorang tokoh pria militer dan pahlawan nasional Korea yang lahir pada 28 April 1545. Ia menjalani ujian dalam bidang militer pada tahun 1572, dimana saat itu ia berusia 28 tahun, namun gagal karena ia terjatuh dan menyebabkan kaki kirinya patah. Setelah peristiwa itu, ia kembali menjalani ujian tersebut dan pada usia 32 tahun ia berhasil.
    Ia adalah tokoh yang berjasa dalam menumpas serbuan pasukan Jepang yang meninvasi dalam Perang Tujuh Tahun pada masa Dinasti Joseon. Ia menggunakan kapal perang berlapis besi pertama di dunia yang berbentuk kura-kura. Kapal ini dinamakan Gobukseon. Yi Sun Sin wafat dalam usia 54 tahun pada 16 Desember 1598 tepat setelah kemenangannya dalam akhir Perang Tujuh Tahun.
    Yi Sun Sin memenangkan 23 pertempuran di laut tanpa kekalahan dalam 7 tahun masa Perang Tujuh Dunia. Ia terkenal sebagai seorang pahlawan bangsa Korea yang terbesar dikarenakan kesetiaan, taktik, dan kegigihannya  dalam berperang. Oleh karena itu, ia diberi gelar Chung Mu Gong atau Pahlawan Kesetiaan dan Pengabdian. Admiral Yi Sun Sin Statue berada di sekitar Gwanghwamun Plaza, Seoul.

Sejong The Great Statue


    Raja Sejong adalah seorang tokoh raja yang lahir pada 7 Mei 1397. Ia merupakan raja keempat saat

Dinasti Joseon Korea. Ia mulai memerintah Korea pada tahun 1418 hingga 1450. Ia terkenal dengan nama Raja Sejong Yang Agung atau Sejong Dae Wang. Raja Sejong memperkenalkan 28 buah abjad baru agar semua golongan rakyat dapat membaca dan menulis dengan mudah. Ia menciptakan Hangeul sebagai sistem abjad fonetik yang cocok untuk Bahasa Korea. Hangeul yang menggantikan penggunaan cara penulisan dangan Hanja. Abjad Hangeul dikeluarkan pada tahun 1446 dan dilarang penggunaannya di awal abad ke-20 saat penjajahan Jepang. Oleh karena itu, ia sangat terkenal karena jasanya dalam menciptakan abjad Korea.
    Raja Sejong adalah penguasa Korea kedua yang diberi gelar Raja Agung atau Raja Besar setelah Raja Gwanggaeto dari Kerajaan Goguryeo. Ia wafat pada usia 54 tahun dan dimakamkan di Makam Yeong pada tahun 1450. Oleh karena jasanya, Raja Sejong Yang Agung tidak dapat dilupakan. Nama dan jasanya digunakan untuk sebuah jalan, tempat, sebuah distrik, uang kertas, dan drama.

Haechi Symbol

Pemerintah Seoul Metropolitan memilih Haechi sebagai Maskot kota Seoul pada 25 Maret 2008. Mereka menggunakan karakter Haechi untuk publik di berbagai festival dan acara. Haechi sendiri adalah karakter mitologi dari mitologi China dan Korea.Ia menyerupai singa, padahal ia adalah anjing api. Haechi dilambangkan sebagai pelindung dari kebakaran, bencana, dan mewakili keadilan, integritas, dan keberuntungan. Pemerintah Seoul sedang berusaha menarik perhatian banyak orang dan turis untuk mengasosiasikan Kota Seoul dan Haechi dengan harapan bahwa nanti Haechi akan menjadi salah satu lambang terbaik di dunia untuk sebuah kota. Patung ini dapat ditemukan di sekitar istana dan beberapa toko yang menjual boneka Haechi di Seoul. Pemerintah Seoul juga membuat Haechi terpajang manis di taxi.

Namsan Hanok Village

Ditempat ini terdapat replika rumah-rumah kuno khas Korea yang bisa dilihat secara leluasa. Berada di lahan seluas 8000 m3, Namsan Hanok Village tediri atas tiga bagian yaitu taman tradisional Korea, Time Capsule Plaza (tempat pameran kebudayaan Korea) dan perkampungan Hanok sendiri.Lokasinya berdekatan dengan Namsan Park sehingga terlihat jelas Seoul Tower sebagai background area ini.






sumber:
https://id.wikipedia.org/wiki/Yi_Sun-sin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar